QS. Alu ‘Imran: 52

Tafsir Muhammad Asad
— Oleh

Saya akan mengulas ayat-ayat dalam Surah Ali Imran: 3:52:62. Beberapa ayat yang saya ulas sebelumnya bicara tentang kisah-kisah dalam keluarga Amram; atau Imran dalam istilah Quran. Ayat-ayat yang akan saya ulas ini masih sama. Ayat-ayat berikut ini secara spesifik bicara soal Nabi Isa atau Yesus Kristus — sosok yang menjadi tema sentral dalam Surah Ali Imran ini. Ayat 3:52 bicara soal nasib yang dialami oleh Nabi Isa: penentangan yang keras atas misinya dari kalangan Yahudi saat itu. Mari kita baca ayat 3:52 ini:

Dan, tatkala Isa menyadari penolakan mereka untuk mengakui kebenaran, dia bertanya, “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku di jalan Allah?” 

Orang-orang berjubah putih menjawab, “Kamilah yang akan menjadi penolong-penolong[mu di jalan] Allah! Kami beriman kepada Allah: dan saksikanlah bahwa kami telah berserah diri kepada-Nya!

Nabi Isa mendapatkan penentangan yang keras dari kalangan bangsa Yahudi, terutama dari kelas sosial yang disebut kaum Farisi, seperti disebut Asad dalam penjelasannya berikut:

Ini mengacu pada masa berikutnya, ketika Nabi Isa a.s. ditentang mayoritas umatnya, khususnya kaum Farisi.

Yang disebut kaum Farisi dalam bangsa Yahudi bisa kita sejajarkan dengan kaum fuqaha dalam Islam: yaitu para ahli hukum agama (Torah). Dalam Injil kita berjumpa berkali-kali dengan “konflik” antara kaum Farisi ini dengan Nabi Isa/Yesus. Mereka sering, istilah Alkitab, mencobai Nabi Isa. Kaum Farisi hendak berpegang dengan hukum Torah secara literal, sementara Nabi Isa hendak melakukan “tafsir ulang” atas hukum itu. Orang-orang Farisi berpendapat: salah satu tanda dipilihnya bangsa Yahudi oleh Tuhan adalah: mereka diberi anugerah berupa hukum Musa, Mosaic Law. Jika bangsa Yahudi meninggalkan hukum Musa ini, kaum Farisi berkeyakinan, mereka akan dapat kutukan Tuhan. Orang-orang Farisi yakin: pengucilan bangsa Yahudi di Babylonia (sering disebut “Babylonian Captivity”) akibat bangsa Yahudi abai pada Hukum Musa. Kaum Farisi mau memegang ketat hukum Torah/Musa, sementara Nabi Isa mengkritik itu sebagai sikap keagamaan yang keliru. Salah satu episode penentangan orang Farisi atas Nabi Isa/Yesus dikisahkan dalam Injil Lukas 11:37-54. (Kutipan Injil)

Penentangan-penentangan kaum Farisi atas misi Nabi Isa inilah yang disinggung dalam Quran dalam ayat 3:52. Redaksi Quran: fa-lamma ahassa minhumul-kufra. Terjemahan Asad atas frasa tadi itu adalah: Dan tatkala Isa menyadari penolakan mereka untuk mengakui kebenaran. Ayat 3:52 itu, secara implisit, berbicara tentang semacam “frustrasi” Nabi Isa menghadapi ke-mbegedud-an (recalcitrance) kaum Farisi itu. 

Ayat 3:52 itu juga bicara mengenai kelompok lain dalam bangsa Yahudi yang memberi dukungan atas dia. Mereka oleh Quran disebut dengan hawariyyun. Kaum Hawariyyun lah yang memberi sokongan atas misi Nabi Isa. Siapa mereka ini? Penafsir Quran klasik beda pendapat soal identitas mereka. Yang menarik adalah tafsiran Asad tentang siapa kaum Hawariyyun ini (meski menurut saya masih spekulatif!).

Al-Hawariyyun (bentuk tunggalnya, hawari) adalah sebutan yang digunakan Al-Quran bagi murid-murid Nabi Isa a.s. Berbagai penafsiran atas istilah ini (yang berasal dari hawar, “warna putih”) diberikan oleh para mufasir, mulai dari “seseorang yang memutihkan pakaian dengan mencucinya” (karena hal ini diduga merupakan pekerjaan beberapa murid Nabi Isa a.s.) hingga “orang yang mengenakan jubah putih” atau “orang yang memiliki hati bersih”, yakni suci (bdk., Al-Thabari, Al-Razi, dan Ibn Katsir). Namun, kemungkinan besar – dan bukti yang diberikan oleh Gulungan Naskah Laut Mati (Dead Sea Scrolls) yang ditemukan baru-baru ini mendukung dengan kuat pandangan ini – istilah hawari ini umum digunakan untuk menyebut anggota Persaudaraan Eseni (the Essene Brotherhood), suatu kelompok keagamaan Yahudi yang ada di Palestina pada masa Nabi Isa a.s., yang kemungkinan dia sendiri termasuk di dalamnya.

Dalam terjemahan Quran versi Prof. Quraish, kaum Hawariyyun dijelaskan secara pendek saja: pengikut setia Nabi Isa.

Meskipun keterangan Asad tentang makna Hawariyyun ini masih spekulatif, tetapi menurut saya menarik dan masuk akal. Kalau kita telaah semacam sosiologi masyarakat Yahudi di Yudea saat Nabi Isa berdakwah, ada tiga kelompok sosial. Yang pertama adalah kelompok Saduki (kelas atas), kelompok Farisi (ahli hukum agama, semacam fuqaha), dan kelompok Eseni (kaum “sufi”). Di antara ketiga kelompok ini, yang paling sengit memusihi dakwah Nabi Isa/Yesus adalah kelompok Farisi. Yang mendukung: kelompok Eseni. Kelompok Eseni inilah yang secara spekulatif dianggap Asad sebagai kaum Hawariyyun sebagaimana disebut dalam ayat 3:52 tadi. Tentang interaksi sosial antara kelompok-kelompok dalam masyarakat Yahudi di era Yesus ini, bisa dibaca buku populer karya Reza Aslan berjudul Zealot; The Life And Times of Jesus Of Nazareth.

Penulis

Buletin ghazalia

Dapatkan info publikasi dan program Ghazalia College terbaru.