Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang-orang yang mengingkari kebenaran sebagai sekutu dengan meninggalkan kaum beriman – sebab, orang yang berbuat demikian berarti memutuskan diri dari Allah dalam segala hal – kecuali jika cara itu untuk melindungi diri kalian agar selalu waspada terhadap-Nya: sebab, pada Allah-lah akhir sebluruh perjalanan. [QS Alu ‘Imran: 28]
Asad memaknai kata auliya’ yang dipakai berulang-ulang di Quran dengan “sekutu”. Mari kita baca juga keterangan Asad tentang apa makna persekutuan di sini:
Bagaimanapun, kata “sekutu-sekutu” (Auliya’ bentuk tunggalnya: wali) dalam konteks ini tidak semata-mata menunjukkan aliansi politik. Secara khusus, ia jelas mengacu pada “aliansi moral” dengan para pengingkar kebenaran: yakni, lebih memilih jalan hidup mereka daripada jalan hidup orang-orang yang beriman, dengan harapan agar “dihormati” atau dianggap sederajat oleh pengingkar-pengingkar kebenaran itu. Karena meniru-niru jalan hidup kaum yang nyata-nyata kafir jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip moral yang digariskan oleh keyakinan sejati, tindakan itu pasti akan menyebabkan ditinggalkannya prinsip-prinsip moral tersebut secara berangsur-angsur.
