QS. Alu Imran: 187-188

Tafsir Muhammad Asad
— Oleh

“Janganlah menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka upayakan, dan yang suka dipuji atas sesuatu yang belum mereka kerjakan – janganlah menyangka bahwa mereka akan lolos dari penderitaan yang pedih menanti mereka [dalam kehidupan akhirat]”. [QS Alu Imran, 3: 188]  

Sebagaimana kita tahu, surah ke-3 dalam Quran ini dinamai Alu Imran — keluarga Imran, atau Amram dalam istilah Perjanjian Lama. Amram: ayah Nabi Musa bersama dua saudaranya — Harun (Aaron) dan Miriam. Dalam Perjanjian Lama disebutkan bahwa isterinya bernama : Jochebed. Tak heran jika surah ke-3 ini berisi banyak hal terkait dengan agama Kristen dan Yahudi, juga kritik-kritik atas penganut kedua agama itu. Misalnya pada ayat 3:187 sebelumnya yang berisi kritik atas komunitas Yahudi dan Kristen di tanah Arab karena mereka melakukan dua hal. Pertama mereka tak setia kepada janji yang mereka ikat dengan Tuhan: yaktu merawat ajaran Tuhan dengan konsisten. Mereka menyalahi janji itu. Kedua: mereka menyembunyikan salah satu ajaran dalam Kitab Suci mereka berkenaan dengan ramalan kedatangan Muhammad sebagai nabi. Dalam pandangan Quran, umat Kristen tak setia dengan janji mereka pada Tuhan karena tak bisa merawat keaslian Kitab Suci mereka. Dalam pandangan Quran, umat Kristen dianggap telah mendistorsikan ajaran monoteisme dengan tafsiran-tafsiran (berbau helenistik?) yang menyimpang. Sementara orang-orang Yahudi dikritik Quran telah menyalahi janji mereka dengan Tuhan dengan cara menyembunyikan ramalan tentang datangnya Muhammad sebagai nabi.

Tentu saja ini kritik dari sudut pandang Quran. Pihak Kristen dan Yahudi, tentu saja, punya tanggapan mereka sendiri atas kritik ini. Isu tentang adanya ramalan dalam Taurat dan Injil mengenai kedatangan Muhammad sebagai nabi, misalnya, jadi bahan debat kristologi sejak zaman klasik. Baik Quran atau hadis sendiri tak menjelaskan secara spesifik ayat mana dalam Taurat dan Injil yang meramalkan kedatangan Muhammad sebagai nabi. Ruang kosong ini diisi oleh para sarjana Muslim klasik untuk menjelaskan secara detil mana ayat dalam Taurat dan Injil yang berisi nubuat itu. Ibn Taimiyah, ulama dari abad ke-13, adalah satu sarjana klasik Muslim yang menulis polemik panjang dengan Kristen. Salah satu ayat dalam Injil yang jadi bahan debat sejak era klasik adalah, misalnya, Yohanes 14:16 ini, soal istilah “parakletos”:

Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya. [Yohannes, 16]

Pihak Muslim menafsirkan “parakletos” (dalam terjemahan LAI: Penolong) adalah merujuk kepada Nabi Muhammad. Ayat ini berisi nubuat. Pihak Kristen, sejak era klasik, sudah membantah kleim pihak Muslim bahwa istilah “parakletos” merujuk kepada Nabi Muhammad. Bagi pihak Kristen, istilah “parakletos” itu merujuk pada Roh Kudus, bukan pada nabi baru yang datang setelah Yesus Kristus terangkat ke langit. Dalam literatur polemik-apologetik yang ditulis ulama Islam klasik, istilah “parakletos” itu diarabkan sebagai: فارقليط (farqalith). Yang tertarik dengan sejarah polemik Islam-Kristen di era klasik, dan paham bahasa Arab, sila baca buku Abdul Majid Charfi berjudul Al-Fikr al-Islamiy fir-Raddi ‘Ala an-Nashara ila Nihayat al-Qarn ar-Rabi’

Mana yang benar dalam polemik ini: Islam atau Kristen? Yang menarik buat saya bukan benar-salahnya, tetapi sejarah polemik ini sebagai debat pemikiran. Saya akan lanjutkan dengan ayat berikutnya: 3:190-198. Tema sentral ayat-ayat ini adalah tentang sikap seorang beriman yang selalu ingat (zikir) Tuhan. Seorang beriman, sebagaimana diajarkan dalam Quran, punya sikap “god-mindfulness”, menyadari kehadiran Tuhan setiap saat. Segala hal di alam sekutar seharusnya dipandang oleh seorang beriman sebagai “tanda-tanda Tuhan” atau ayat. Dunia fisik dipandang seorang beriman bukan sekedar sebagai “fenomena fisik” belaka, ttapi juga femomena spiritual: sebab dunia fisik adalah “tanda”. Surah Alu Imran, seperti kita tahu, berisi banyak kritik atas orang-orang Yahudi/Kristen. Tapi di ujungnya ada pujian pada mereka. Menarik. Dunia fisik adalah tanda yang melaluinya seorang beriman bisa “berjalan” (secara rohaniah) menuju Tuhan.

Penulis

Buletin ghazalia

Dapatkan info publikasi dan program Ghazalia College terbaru.