QS. Alu Imran: 181-84

Tafsir Muhammad Asad
— Oleh

Pasang Surut Hubungan Umat Islam dan Yahudi di Madinah

“Allah benar-benar mendengar ucapan orang-orang yang berkata, “Perhatikanlah, Allah miskin, sedangkan kami kaya!” Kami akan mencatat apa yang telah mereka ucapkan, serta tindakan mereka membunuh nabi-nabi dengan melanggar segala (nilai) kebenaran, dan Kami akan berkata [kepada mereka pada Hari Pengadilan], “Rasakanlah derita neraka sebagai balasan atas apa yang telah diperbuat oleh tangan kalian sendiri – sebab sedikit pun tidak pernah Allah menganiaya makhluk-Nya!” [QS Alu Imran, 3: 181-182]

Hubungan antara komunitas Islam di Madinah dan orang-orang Yahudi jelas bukan hubungan yang hangat. Melainkan penuh kebencian dan kecurigaan. Hubungan yang penuh kecurigaan dan kebencian ini direkam dalam banyak ayat di Quran, salah satunya adalah ayat 3:181 ini. Menurut sebuah riwayat, ayat 3:181 ini turun pada Nabi sebagai respon atas satir dan “kenyinyiran” orang-orang Yahudi atas sebuah ayat dalam Quran. Konon, saat ayat “Siapa yang mau memberi hutangan pada Tuhan?” (2:245) turun, orang-orang Yahudi berseloroh: Wah, Tuhan orang Islam miskin dong? Lalu, sebagai jawaban atas satir orang-orang Yahudi itu, turunlah ayat 3:181 di atas. 

Jawaban Al-Quran langsung diarahkan pada fakta sejarah berikut ini: bahwa orang-orang Yahudi punya “sejarah kelam” dalam hubungan dengan para Nabi. Jika orang-orang Yahudi nyinyir pada Quran dan Nabi, tak mengherankan. Mereka melalukan hal yang lebih berat pada masa lampau: membunuh nabi-nabi. Asad sendiri menulis komentar soal sejarah bangsa Yahudi yang membunuhi para nabi ini sebagai berikut:

“Pada masa ketika Yohanes sang Pembaptis (Nabi Yahya a.s.) dan Nabi Zakariya a.s. wafat sebagai martir; saat Yesus menyeru, “Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi” (Bibel, Matius 23:37); dan saat Paulus dari Tarsus menyatakan orang-orang Yahudi sebagai kaum “yang telah membunuh para nabi” (Bibel, 1 Tesalonika 2: 15), Bait Allah Kedua masih ada, dan persembahan bakaran merupakan praktik sehari-hari: jadi, alasan orang Yahudi menolak para nabi sebagaimana disebutkan di atas, yang berpuncak pada pembunuhan nabi-nabi, sesungguhnya bukan karena nabi-nabi itu tidak menjalankan Hukum Musa”.

Kisah tentang bangsa Yahudi yang membunuh para nabi pada era lampau ini disebutkan berulang-ulang dalam Quran; salah satu kritik pokok Quran pada mereka. Banyak riwayat menyebutkan juga bahwa Nabi Muhammad sendiri meninggal karena racun yang ditaruh oleh seorang perempuan Yahudi dalam sebuah makanan. Apa sebetulnya pelajaran yang bisa kita ambil dari kritik-kritik Quran yang pedas atas bangsa Yahudi yang disebut sebagai membunuhi para nabi ini?

Pelajaran dari sana adalah: bukan hal baru bahwa pembawa suara kebenaran seperti para nabi itu justru dimusuhi kaumnya sendiri. Kisah pembunuhan orang Yahudi atas nabi-nabi mereka adalah kisah tentang “pembungkaman atas kebenaran” yang berulang-ulang terjadi dalam sejararah. Tindakan orang Yahudi itu bisa juga dilakukan oleh bangsa-bangsa lain di luar Yahudi.

Penulis

Buletin ghazalia

Dapatkan info publikasi dan program Ghazalia College terbaru.