Ujian Orang-Orang Beriman
[“Wahai, orang-orang yang mengingkari kebenaran,] bukanlah kehendak Allah membiarkan orang-orang beriman dalam jalan hidup kalian. [dan] untuk itu, Dia akan menyisihkan yang buruk dari yang baik. Dan, bukanlah kehendak Allah memberi kalian pengetahuan tentang hal yang berbeda di luar jangkauap persepsi manusia: namun [untuk itu,] Allah memilih siapa saja yang Dia kehendaki di antara rasul-rasul-Nya. Maka, berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya; sebab, jika kalian beriman dan sadar akan Dia, balasan yang amat besar menanti kalian”. [QS Alu Imran, 3: 179
Ayat pertama, 3:179, berisi sejumlah penegasan yang menarik. Paling tidak ada dua tema pokok di sana. Pertama, Allah akan menguji orang-orang beriman (sahabat Nabi di Madinah) dengan ujian tertentu, sehingga jadi jelas mana yang baik dana mana yang tidak. Allah tak akan membiarkan orang-orang beriman berada dalam “complacency zone”, sehingga mana yang beriman sungguhan dan mana yang tidak, tak ada beda. Dalam banyak ayat kita jumpai penegasan tentang ide “ujian” ini. Ujian adalah elemen penting dalam kehidupan seorang beriman. Tanpa ujian semacam ini, tak jelas mana loyang dan mana emas. Perang Uhud adalah salah satu ujian untuk melihat kualitas iman pengikut Nabi. Ide kedua yang terkandung dalam ayat 3:179 tadi adalah: Tuhan tak akan membuka rahasia tentang kebenaran gaib (al-ghaib) kecuali pada orang-orang terpilih. Muhammad Asad menafsir kata “al-ghaib” sebagai berikut: pengetahuan tentang hal yang berada di luar jangkauan persepsi manusia.
Dalam teks aslinya, “al-ghaib” diterjemahkan Asad sebagai berikut: “that which is beyond human perception”.Sementara itu Abdullah Yusuf Ali punya terjemahan yang menarik atas kata “al-ghaib” ini: “the secrets of the Unseen”, dengan komentar sebagai berikut:
Terjemahan Asad menyiratkan satu konteks tertentu, yaitu konteks maayarakat Barat di mana filsafat Pencerahan yang rasional kuat pengaruhnya. Dengan menerjemahjan kata “al-ghaib” sebagai “sesuatu yang di luar jangkauan persepsi manusia”, Asad ingin merujuk kepada konteks modern. Asad seperti hendak mengatakan: bahwa pengetahuan yang bersumber dari wahyu membawa informasi yang tak bisa dijangkau oleh metode sains biasa.