Ayat 2:253 adalah permulaan dari juz ke-3, berbicara tentang nabi-nabi terdahulu; tentang Musa dan Isa, Roh Kudus, dan pertentangan umat-umat mereka.
“Sebagian rasul-rasul ini telah Kami anugerahi lebih banyak daripada sebagian lainnya: di antara mereka ada yang diajak bicara oleh Allah (secara langsung), dan sebagian bahkan diangkat-Nya lebih tinggi. Dan, Kami telah memberikan kepada Isa, putra Maryam, semua bukti kebenaran dan memperkuatnya dengan ilham suci.” [QS Al-Baqarah: 253]
Ayat ini membicarakan tentang semacam gejala “universal” di antara umat-umat yang menerima wahyu dari Tuhan. Setelah menerima wahyu, mereka berselisih.
Quran menggambarkan perselisihan itu dengan istilah yang “keras”: iqtatala, yang diterjemahkan Asad sebagai “menentang satu sama lain”. Dalam versi aslinya dalam bahasa Inggris, kata “iqtatala” itu diterjemahkan Asad sebagai “contended with one another“. Terjemahan yang menarik.
Versi Depag menerjemahkan kata “iqtatala” itu dengan berbunuh-bunuhan. Sementara versi Prof. Quraish, “saling membunuh”. Lepas dari perbedaan terjemahan ini, yang jelas ialah bahwa umat-umat yang menerima wahyu ini kerap saling bertikai antar mereka sendiri. Sebagian ada yang beriman dengan wahyu itu (amana), sebagian ada yang menentang (kafara). Dan dua kubu ini saling berselisih.
Dalam ayat sebelumnya 2:213, perkara ini sudah disinggung: perselisihan itu terjadi karena masing-masing kubu “baghyan bainahum“. Frasa “baghyan bainahum“, seperti sudah pernah dibahas di atas, diterjemahkan Asad sebagai “saling dengki”. Bisa dimaknai: saling merasa benar sendiri.