Resume Ngaji Ihya; #52
Halaman 910.
Masih tentang penyakit2 hati dan obatnya.
Salah satu pintu masuk setan ke dalam diri manusia adalah kecintaan pada perhiasan secara berlebihan, termasuk make up dan pakaian. Tetapi selain itu yang dibahas adalah perhiasan rumah, perabot, dan furnitur. Apakah dengan demikian terlarang bagi umat Islam untuk punya rumah bagus? Tidak. Rumah dan isi yang bagus oke saja, tetapi harus hati-hati karena itu BISA menjadi pintu masuk setan.
“Jika setan melihat kecenderungan kesukaan seseorang terhadap perhiasan, maka setan akan ‘bertelur’ dan ‘menetaskan’ anak-anaknya di dalam kalbu manusia. Setan akan terus mengajak dan mendorong orang tersebut untuk membangun rumahnya menjadi semakin mewah, menghias dari genteng hingga tembok dan lantai, dan memperluasnya.”
Apa yg ditulis oleh Imam Ghazali 1000 tahun lalu sekarang masih kita saksikan dan mudah ditemukan contohnya.
Konteks Ihya
Mengaji kitab Ihya Ulumuddin berarti kita harus siap menyediakan diri utk “ditampar”, mengakui keburukan-keburukan yang kita lakukan. Jika dibaca cermat, kitab Ihya’ ini memaparkan perilaku (buruk) kita sehari-hari sampai ke detil-detilnya. Pada saat yang sama, kandungan kitab Ihya’ memperkuat kemampuan pembaca (mudah-mudahan penyimaknya juga, aamiin), untuk menahan diri dan tidak kebablasan menghadapi dunia.
Lahirnya tasawuf dalam Islam itu unik, karena terjadi pada saat Islam sedang jaya-jayanya. Pengaruhnya mendunia karena sukses dalam berbagai misi penaklukan.
Salah satu kerajaan besar Islam adalah di Baghdad, Irak, yang sangat mewah. Jauh berbeda dengan life style Rasulullah dan Khulafah al-Rasyidin yg empat. Sebelum Islam datang di Arab tidak ada kerajaan, yang ada hanya kabilah-kabilah. Pada masa awal kejayaan Islam, “kerajaan” Islam yang baru di tanah Arab ini menarik perhatian Khusrau, raja Persia yang paling masyhur. Dia lalu mengirim utusannya ke Arab untuk melihat siapa penguasa kerajaan baru tersebut. Tapi yang ditemui adalah Khalifah Umar yang tempat tidurnya hanya pelepah korma (dan meninggalkan bekas di punggung beliau).
Tasawuf lahir sebagai kritik ulama terhadap umat Islam yang mabuk kemewahan dan meninggalkan pola hidup sederhana a la Rasulullah dan penganut Islam awal. Bisa dikatakan untuk konteks sekarang kitab Ihya adalah semacam panduan konsumerisme, yang menjaga agar manusia tidak jatuh ke dalam konsumtivisme.
Back to topic …
Kecenderungan terhadap kemewahan dan kesukaan terhadap barang-barang adalah pintu masuk bagi pengaruh setan. Rasulullah sudah mengingatkan bahwa setan itu mengalir dalam tubuh manusia seperti aliran darah. Imam al-Ghazali menyebut bahwa iman dan takwa akan menjaga, tetapi karena pengaruh setan yang konstan, maka iman kita menjadi fluktuatif.
Salah satu sebutan untuk setan dalam al-Quran adalah al-khannas, yang arti harfiahnya adalah “mengintai untuk mencari-cari kesempatan.” Yang menarik, begitu setan berhasil menjerumuskan manusia ke dalam kesenangan-kesenangan fisik/indrawi, setan akan merasa cukup. Manusia tidak perlu digoda lagi karena manusia itu sendiri sudah menjelma menjadi setan. Mengapa demikian? Karena kesenangan (terhadap perhiasan dan kemewahan) akan menyeret seseorang ke pencarian kesenangan-kesenangan berikutnya. Tanpa batas. Lama-kelamaan ia tidak bisa berhenti dan semakin sulit terpuaskan. Ini adalah cara kerja jiwa manusia.
Jika dicermati, ini sebenarnya taktik yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan modern yang memproduksi barang-barang dan harus memasarkan produknya.
Jadi bagaimana? Menyukai sesuatu yg indah, bagus, boleh saja tetapi harus “eling lan waspada”. Jangan seperti seorang penjudi yang ketika kalah ia “kemropok”, gelisah dan pasang taruhan lagi. Berjudi lagi, terus sampai akhirnya bangkrut. Ini yang diwanti-wanti oleh Imam Al-Ghazali.
Kesukaan manusia terhadap sesuatu itu seperti kartu domino yang tersusun. Jatuh satu, jatuh semua. Ibarat lain adalah seperti orang yang jatuh ke dalam lubang. Makin lama makin dalam dan lubang semakin gelap tanpa cahaya. Kesukaan terhadap sesuatu secara berlebihan (sampai tidak sanggup untuk detached atau mengambil jarak) akan menggiring manusia ke akhir yang buruk (su’ul khatimah), kepada kekufuran. Ini sangat mungkin terjadi karena manusia bisa jadi akan “menggadaikan” imannya demi kesenangan.
Jadi sangat penting utk mengerti batas. (Di sini saya “hilang”, terganggu setan alias ngantuk. Maaf yak).
Kesukaan dan ketamakan manusia tidak hanya terhadap barang-barang, tetapi juga terhadap manusia lain. Ketika kita “tamak” terhadap seseorang, terlalu mencintai misalnya, maka kita akan memujinya setinggi langit. Berlebihan. Menyebutnya dengan predikat-predikat yang sesungguhnya tidak dimiliki atau tidak ada pada diri orang tersebut.
Seperti disebutkan sebelumnya, kitab Ihya’ ini ditulis kira-kira 1000 tahun lalu tetapi problem manusia – hasad, dengki, tamak – tidak berubah. Mungkin akan tetap begitu sampai 1000 tahun yg akan datang. Mungkin sampai kiamat.
Setan walhan akan tetap ada dalam diri manusia. Cara kerjanya kurang lebih sama, hanya modus dan pintu masuknya berbeda-beda.
